Rabu, 12 September 2012

Cara Tepat Pemupukan Kelapa Sawit


Cara Tepat Pemupukan Kelapa Sawit
26 Oktober 2011
Sekali pun sawit termasuktanaman keras. Pohon sawit tetap memerlukan perawatan dan pemupukan. Perawatan di sini adalah membersihkan “piringan” pada tanaman kelapa sawit agar buah dalam tandan tidak terganggu hama. Piringan adalah bulatan di sekeliling tanaman sawit yang tidak boleh ditumbuhirumput.
Pemupukan kelapa sawit dalam hal ini tidak bisa dilakukan sembarangan atau terus-menerus setiap hari diberi pupuk. Waktu pemupukan biasanya dilakukan  ketika curah hujannya kecil dan tidak boleh ketika sedang musim hujan. Pupuk yang baik sebaiknya dapat memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran.
Pemupukan dilakukan 2 – 3 kali dalam setahun tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur atau kondisi tanaman. Khusus untuk pemupukan pada tanahberpasir atau lahan gambut dianjurkan untuk dilakukan pemupukan lebih banyak. Pemupukan yang banyak mungkin baik bagi tanaman sawit, tetapi perlu dipikirkan dari sisi ekonomisnya juga.
Metode dan Dosis Pemupukan Kelapa Sawit
  • Pemupukan boleh dilakukan dengan menggunakan metode atausistem tebar dan sistem benam.
  • Apabila menggunakan sistem tebar, sebaiknya pupuk ditebarkan di pinggir piringan antara jarak 0,5 meter pada tanaman muda, sedangkan untuk tanaman yang tua atau dewasa pada jarak 1 – 2,4 meter.
  • Pada sistem benam (pocket), pupuk diberikan pada 4 sampai dengan 6 lubang pada piringan di sekeliling pohon. Lalu lubang ditutup lagi supaya pupuk meresap. Sistem benam cenderung digunakan pada areal yang relatif rendah. Sedangkan pada areal gambut atau pasir mudah mengalami erosi.
  • Metode pemupukan bisa dilakukan dengan cara-cara manual atau modern. Cara manual adalah menggunakan tenaga manusia dan satu persatu. Sedangkan cara modern menggunakan pesawat terbang atau bisa juga menggunakan traktor. Selama ini pemupukan manual adalah yang paling umum dilaksanakan karena lebih murah dan lebih teliti.
  • Pemupukan biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni saat awal musim dan akhir musim penghujan.
  • Apabila pemupukan menggunakan NPK 15-15-15,  dosis perpohonnya sebanyak 4 kg ditambah DSP 1 kg perpohon.
  • Penggunaan kompos untuk tandan sawit, sedangkan bahan organik berguna untuk lahan yang kurang kandungan organiknya.
Cara Sederhana Pemupukan Kelapa Sawit
  • Bersihkan terlebih dahulu “piringan” dari rumput dan alang-alang. Sebab, hal ini bermanfaat bagi pohon kelapa sawit dan tandanbuah sawit.
  • Khusus untuk areal datar, pupuk ditabur merata 0,5 m dari pohon sampai pinggiran melingkar.
  • Tempat penyebaran pupuk adalah tempat pupuk ditaburkan.
  • Jika terdapat jenis pupuk yang tidak boleh dicampur. Sebaiknya tempat penaburannya dipisahkan dan diberi jarak sekira 12 hari antara satu pupuk dengan pupuk yang lainnya.
  • Pupuk dianjurkan untuk disebarkan pada pohon kelapa sawit yang akar-akar rambut paling banyak. Letaknya kira-kira dekat mahkota daun bagian yang terluar.
  • Pemupukan yang akan disebarkan haruslah benar-benar berbentuk remah, bukan gumpalan-gumpalan seperti yang terdapat pada pupuk Urea dan lain sebagainya.
  • Gunakanlah selalu alat takaran supaya dosis pemupukan bisa tepat dalam penggunaannya.
Tempat Penaburan Pupuk pada Kelapa Sawit
  • Bokoran
  • Ujung bokoran
  • Ujung pelepah
Cara Memupuk
  • Top dressing, disebar dari atau langsung ditabur di atas tanah.
  • Furrow application, di dalam rorak-rorak atau di pinggir guludan. Rorak atau guludan adalah gundukan dan saluran air.
  • Sub Soil placement, memupuk dengan cara dibenam.
  • Soil injection, dimasukkan dalam tanah dalam bentuk cairan.
  • Stem injection, dimasukkan ke dalam batang.
  • Nutritional spray, memupuk melalui daun.
Terakhir dan penting sekali diperhatikan. Pemupukan kelapa sawit harus dibedakan ketika tanaman sawit belum menghasilkan dan ketika tanaman sawit yang sudah menghasilkan. Kedua kondisi ini berbeda cara pemupukannya.

CARA PERAWATAN KELAPA SAWIT AGAR BERBUAH BANYAK
Kelapa sawit yang sudah di tanam memerlukan perawatan sehingga akan menghasilkan produksi yang maksimal. Perawatan kelapa sawit memerlukan perhatian yang serius karena biasanya sawit jika tidak terawat maka produksi yang di hasilkan juga sedikit sehingga keuntungan akan berkurang ( tidak maksimal). Tetapi biasanya meskipun biaya yang di keluarkan besar tetapi hasil yang di dapat juga akan lebih besar.


Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kebun kelapa sawit adalah :
a. Biaya
Dalam perawatan sebaiknya di cari cara agar biaya yang dihasilkan kecil tetapi hasil perawatan maksimal.

b. Cara perawatan
Pada daerah tertentu harus dilakukan perawatan yang berbeda seperti di daerah gambut dibutuhkan unsur hara mikro seperti cu dan fe dan juga harus dibuat drainase yang baik sedangkan di daerah mineral dan rata hal ini mungkin tidak di perlukan.

c. Adopsi tehnologi
Peralatan pertanian selalau mengalami kemajuan dari manual ke mekanis dan biasanya mekanis akan meningkatkan produktifitas sehingga biaya akan lebih murah. Jadi selalu harus di cari jenis tehnologi terbaru yang sesuai karena beberapa tehnologi pertanian yang terbaru tidak cocok di pakai dalam perkebunan kelapa sawit.

Adapun kegiatan pemeliharaan atau perawatan tanaman kelapa sawit adalah :

1. Pengendalian gulma
Gulma yang harus di kendalikan dalam perkebunan kelapa sawit adalah gulma kelas A seperti lalang, bambu, pisang, anak kayu, senduduk dan lain - lain. Cara pengendalian gulma kelapa sawit dapat anda baca selengkapnya di http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/08/pengendalian-gulma-pada-kelapa-sawit.html

2. Pemupukan
Pupuk yang dibuthkan kelapa sawit adalah Urea/ZA, MOP/KCl, Dolomit/Kieserite, RP/TSP/SP-36 dan Borate serta Cuprum dan Ferrit. Selengkapnya dapat anda baca di http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/08/konsep-pemupukan-kelapa-sawit-terbaik.html

3. Tunas
Dalam penunasan hal yang harus di perhatikan adalah jumlah pelepah. 
a. Tanaman kelapa sawit berumur < 9 tahun tunasan harus songgo 3
b. Tanaman kelapa sawit berumur  9 - 15 tahun tunasan songgo 2
c. Tanaman kelapa sawit berumur  > 15 tahun tunasan songgo 1

4. Hama dan Penyakit
Ada banyak hama dan pekait kelapa sawit terutama adalah hama pemakan daun yang sangat memerlukan perhatian yang serius. Selengkapnya banca di http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/02/pengendalian-hama-kelapa-sawit-terpadu.html

5. Cara Panen
Panen yang salah menyebabkan tanaman menjadi stress sehingga kegiatan panen saya masukkan kedalam perawatan kelapa sawit. Selengkapnya baca di http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/02/cara-agar-kelapa-sawit-berbuah-banyak.html

Demikian info tentang cara merawat kelapa sawit, berikut adalah tips agar kelapa sawit berbuah banyak.

  MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

KATA PENGANTAR
Makalah ini digunakan sebagai materi training SMDP-A5 yang merupakan pelatihan para calon Askep agronomi untuk memberikan bekal pengetahuan tentang pengelolaan pupuk dan pemupukan kelapa sawit.  Pengetahuan dasar teknik mengenai pupuk dan pemupukan sudah barang tentu mutlak diperlukan untuk bisa melakukan pengelolaan pemupukan dengan baik.  Terkait dengan hal  tsb maka dalam makalah ini diberikan penekanan tentang bagamaimana mengelola pemupukan dengan tujuan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas yang maksimal.
I.  PENTINGNYA PEMUPUKAN
Pemupukan harus dikelola dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan pemupukan, mengingat biaya pemupukan merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar.  Menurut Suwandi, et.al., 1987, bahwa biaya pemupukan sekitar 40 – 60% dari biaya perawatan atau sekitar 20% dari total biaya produksi.  Pada Perkebunan Sinar Mas, biaya pemupukan adalah sebesar US $ 38.74 / ton produk kelapa sawit atau sekitar 21% dari total biaya (Tan, 1998).  Oleh karena itu sangat penting selalu diupayakan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan.
Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman.  Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah)  dengan tingkat produksi yang dihasilkan.  Efisiensi pemupukan  terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional.  Jadi peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan.
Disamping itu, pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.  Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara.   Hara yang diserap dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan.    Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) Tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) Penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) Unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah.  Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah.
Tingginya hara yang terangkut oleh tanaman kelapa sawit, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.  Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan adalah K, lalu berturut-turut N, Mg, P.
Unsur Hara Dalam Tanaman Kelapa Sawit (Ng and Tamboo, 1967 dalam von Uexkull and Fairhurst, 1991)
Uraian
Kg/Pkk/Th
N
P
P2O5
K
K2O
Mg
MgO
-    Diangkut saat panen
0.49
0.08
0.18
0.63
0.76
0.14
0.23
-    Immobil dalam jaringan
0.27
0.022
0.05
0.47
0.57
0.07
0.12
-    Dikembalikan ke tanah
0.53
0.076
0.17
0.69
0.83
0.19
0.32
Total Hara
1.29
0.178
0.40
1.79
2.16
0.40
0.67
Persen Hara diangkut per Total
38
45
45
35
35
35
35
Total Hara/ Ha (148 pkk/Ha)
191
26
59
265
320
59
99
Hara per Ton TBS
8.0
1.1
2.5
11.0
13.3
2.5
4.1
Total (Diangkut + Immobil)
0.76
0.102
0.23
1.10
1.33
0.21
0.35
Equivalent Pupuk
1.65 Urea
0.5 TSP
2.22 MOP
1.3 KIES.
Produksi 24 Ton/Ha/Th.
Jumlah pupuk yang diaplikasikan ke tanah, paling tidak bisa menggantikan jumlah hara yang diangkut dan tidak kembali ke dalam tanah.  Kondisi ini minimal dapat mencegah terjadinya penurunan kesuburan tanah, dengan catatan tidak terjadi kehilangan hara dari tanah akibat pencucian, erosi, penguapan dsb.  Dan sebaliknya jika ingin meningkatkan kesuburan tanah maka jumlah pupuk yang diaplikasi harus lebih besar dari yang diangkut saat panen.
Banyak hasil penelitian yang telah dipublikasikan bahwa aplikasi pupuk akan meningkatkan produksi secara nyata.  Hasil penelitian SMARTRI, diantaranya adalah di libo (LBE-14), memberikan gambaran bahwa peningkatan dosis aplikasi TSP dari 70 menjadi 347 gr/Pkk pada tanaman berumur 1 dan 2 tahun dapat meningkatkan rerata jumlah pelepah dari 48.4 menjadi 54.6.  Pada saat produksi, dosis pupuk setara dengan 1.5 kg TSP/pkk/th memberikan produksi terbaik.  Peningkatan produksi mencapai 2 kali lipat (100%) dibandingkan pada tanaman tanpa pupuk P.
II.  PENGELOLAAN PEMUPUKAN
Pengelolaan pemupukan dimulai sejak pupuk diterima di gudang sampai dengan diaplikasikan di lapangan, yaitu secara garis besar berurutan sbb: Gudang – Penyimpanan – Pengeluaran dari Gudang – Pengangkutan – Pengeceran di lapangan – Aplikasi di lapangan.  Agar dilakukan pengawasan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas pemupukan.  Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi pada setiap tahap kegiatan tsb di atas, baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk.
2.1.  Gudang
Di Gudang terjadi 3 kegiatan adalah penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk.  Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk.  Pengambilan sample pupuk dilakukan sesuai dengan SOP dan selanjutnya dikirim ke laboratorium SMARTRI-Libo atau Regional Laboratorium yang telah beroperasi di beberapa PKS untuk menentukan kadar hara pupuk.  Yang sangat penting, pada saat pengambilan sample juga dilakukan pengamatan fisik pupuk apakah sesuai dengan spesifikasi pupuk, kondisi kemasan dsb.
Penyimpanan di gudang dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas).  Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk.  Hal ini akan menjamin bahwa penerapan aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik.
Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah:
  • Kapasitas gudang kurang.  Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi penutup lembar plastik.
  • Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang.  Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch yang sama dengan cara penumpukan.  Jenis pupuk yang datang pertama akan berada pada posisi terbawah, dst.  Akibatnya pergantian jenia pupuk dapat dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberama jenis pupuk.
  • Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP.
  • Hasil analisa Laboratorium yang terlalu lama.
2.2. Pengangkutan dan Pengeceran
Pengangkutan dipastikan pupuk aman sampai di blok, tidak terjadi kebocoran di jalan.  Pengeceran dilakukan sesuai dengan jumlah pohon setiap baris, serta dosis.  Peta titik tanam sangat vital dalam melakukan pengeceran pupuk yang tepat.  Pengeceran yang tepat akan sangat menentukan kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis.  Pada lokasi tertentu yang masih rawan, diberikan tenaga pengawas khusus terhadap pupuk yang telah diecer di lapangan, karena sangat rawan pencurian.  Bahkan jika dipandang perlu, pengangkutan pupuk dari gudang ke Blok diberi tenaga pengawal.  Yang sangat direkomendasikan adalah sistim pengeceran dengan until.  Pupuk sudah dibut per until di gudang, selanjutnya dilapangan dilakungan pengeceran di CR.  Beberapa kebun juga masih menggunakan pengeceran langsung sak pupuk di lapangan.
2.3. Aplikasi Pupuk
Aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan.  Istilah umum adalah 4 tepat, yaitu: Tepat Waktu, Dosis, Jenis, Cara, dan biasanya masih ditambahkan satu tepat lagi, yaitu Tepat pelaporan (data).  Sehingga disebut 4 tepat, 5 sempurna.
  • Waktu
Pengertian waktu di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar aplikasi pupuk sama jenis, selang waktu antar aplikasi pupuk berbeda, kondisi cuaca dan kelembaban tanah.
Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk.  Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan.
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester-1 dan semester-2.  Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim).  Misalnya pada tanah pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali per tahun.  Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun.  Waktu aplikasi juga harus memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis; antara pupuk K dan Mg.  Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda.
Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi pupuk.  Hal ini akan sangat menentikan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan, pencucian dsb.  Stategi berikut diberikan sebagai pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.
  1. A. Pemupukan saat musim kering
Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan > 75 mm/bulan. Aplikasi pupuk harus mmpertimbangkan frekuensi dan volume curah hujan dengan ketentuan:
-      Pemupukan dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.
-      Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan dengan curah hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut.
-      Pemupukan dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut; untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari berturut-turut tidah hujan. (catatan: Pupuk RP, Super Fosfat, dan Dolomite dapat diaplikasi karena tidak terjadi penguapan).
  1. B. Pemupukan saat musim hujan
Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan pada bulan dengan curah hujan < 250 mm/bulan.
-      Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu.
-      Pemupukan dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.
Kecuali pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman berikut:
-      Pada tanah sangat berpasir, pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan < 200 mm/bulan.  Pemupukan dilakukan apabila curah hujan < 40-45 mm per minggu dan pemupukan dihentikan apabila curah hujan > 40-45 mm per minggu.
-      Pada areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara Tawas/Kandis, pemupukan dilakukan pada periode curah hujan terendah.
Berdasarkan data curah hujan selama puluhan tahun terakhir dan berpedoman pada startegi d atas, maka tabel di bawah ini memberikan perkiraan periode program aplikasi pemupukan setiap wilayah.  Namun demikian, aplikasi pupuk aktual harus memperhatikan curah hujan di setiap kebun.  Diprogramkan aplikasi seluruh pupuk setiap semester dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan.
Timing recommended for manual fertiliser applications
Region

Semester 1

Semester 2


Delivery

Application

Delivery

Application

Sumut
Feb
Mar – Apr
Jul
Aug – Sept
Riau
Feb
Mar – Apr
mid-Jul
mid Aug – mid Oct
Jambi (*)
Mar
Apr – May
Aug
Sep – Oct
South Sumatra (*)
Mar
Apr – May
Aug
Sep – Oct
(Palembang)




Bangka
Jan
Feb – Mar
Jul
Aug – Sept
Belitung
Jan
Feb – Mar
Jul
Aug – Sept
Lampung (*)
mid Feb
mid Mar-mid May
Sept
Oct – Nov
South Kalimantan
Mar
Apr – May
Sept
Oct – Nov
Central Kalimantan
Dec
Jan – Feb
Jun
Jul – Aug
West Kalimantan
Jan
Feb – Mar
Jul
Aug – Sept
East Kalimantan
Jan
Feb – Mar
Jul
Aug – Sept
Irian Jaya
Dec
Jan – Feb
Jun
Jul – Aug
  • Dosis
Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi.  Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistim pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses perawatan, dsb), sistim pengupahan, dsb.  Pengeceran pupuk disesuaikan dengan kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya.  Alat aplikasi menjamin bahwa alat tsb memiliki keakuratan yang tinggi (variasi rendah) dan mudah digunakan (applicable).  Alat dengan luas permukan semakin lebar variasi berat akan semakin besar, misalnya piring akan lebih besar variasi dibanding mangkok, dan mangkok akan lebih besar variasi dibanding tabung.  Khusus untuk pupuk HGFB sangat disarankan menggunakan ex. tabung film, pertimbangannya karena memiliki ketepatan yang tinggi (± 25 gr/tab), serta kelipatannya sesuai dengan dosis umum pupuk HGFB yaitu biasanya kelipatan 25 gram.  Alat aplikasi juga harus memiliki kelipatan bilangan asli (bukan desimal) dari dosis rekomendasi.

Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara.  Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk.  Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi.  Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.
  • Jenis
Jenis pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan.  Jika karena sesuatu hal, maka konversi pupuk dapat dilakukan dengan menghubungi ke SMARTRI.  Konversi jenis pupuk, selain mempertimbangkan kadar total hara, juga tingkat kelarutan, sifat-sifat hara pupuk dsb.
  • Cara
Yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan cara menabur pupuk.  Pertimbangannya adalah agar tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma, dsb. Di Perkebunan Sinar Mas dilakukan dengan 3 cara aplikasi yaitu manual, mekanis dengan fertilizer spreader, dan dengan pesawat.
Hal ini terkait dengan keseragaman (homogenitas) penyebaran pupuk.  Pupuk Urea, MOP dan Kies, disebar merata dalam piringan sampai batas luar, sedangkan pupuk P (RP, TSP dsb) ditabur di gawangan mati di atas pelepah untuk tanaman remaja/tua.  Tindakan penyebaran pupuk ini adalah dengan tujuan menurunkan konsentrasi hara per m2.  Tingginya konsentrasi hara akan berpotensi meningkatkan kehilangan hara pupuk melalui pencucian (leaching) atau aliran permukaan (run-off).  Hal ini berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah menjerap unsure hara.  Sampai dengan saat ini, aplikasi mekanis (pesawat, fertilizer spreader) menunjukkan hasil yang baik, dari produksi dan kadar hara daun.
III.  KEHILANGAN HARA PUPUK
Kehilangan hara pupuk dapat melalui beberapa cara yaitu: penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off), erosi.  Jumlah dan proporsi kehilangan hara sangat dipengaruhi oleh sifa-sifat unsur hara itu sendiri, apakah banyak hilang karena penguapan, pencucian dsb.
  • Penguapan
Kehilangan N pada pupuk Urea akibat penguapan sangat beragam dan cukup tinggi yaitu 4-60%.  Beberapa faktor yang mempengaruhi penguapan:
-    Kelembaban tanah: Aplikasi pupuk N pada saat tanah lembab, bukan saat tanah kering atau basah melebihi kapasitas lapang (jenuh air).
-    Pola curah hujan: Pada saat bulan kering dan curah hujan tinggi maka kehilangan N akan meningkat.
-    Jenis pupuk: Meskipun harganya paling murah sebagai sumber N, tetapi pupuk Urea terjadi penguapan yang sangat tinggi apalagi jika tidak segera tercampur dengan tanah setelah aplikasi.
-    Dosis pupuk: Semakin tinggi dosis maka resiko kehilangan hara akan semakin besar (absolut).
  • Pencucian
Kehilangan hara pupuk akibat pencucian berkisar antara 3-35%.  Beberapa faktor yang mempengaruhi pencucian:
-    Jenis hara: Paling banyak adalah unsur N, dan juga K & Mg
-    Tekstur: Tanah pasir dengan sifat sangat rendah daya memegang air dan hara akan terjadi pencucian yang tinggi.
-    Pola curah hujan: Semakin tinggi curah hujan maka potensi terjadi pencucian juga akan meningkat.
-    Dosis pupuk: Mengingat kapasitas tanah menjerap hara terbatas, maka dosis pupuk tinggi akan berpotensi meningkatkan terjadinya pencucian.
  • Aliran Permukaan
Kehilangan hara pupuk akibat aliran permukaan dapat mencapai 22% dari N pupuk yang diaplikasi dan 12% K pupuk. Tingkat terjadinya aliran permukaan dipengaruhi oleh penutupan permukan dan kemiringan lereng.  Pada tanaman TBM dengan penutupan LCC yang baik maka akan menurunkan proses aliran permukaan.  Sedangkan jika terjadi suatu areal sangat terbuka misalnya sebagai akibat pemakaian herbisida yang berlebihan, maka aliran permukaan akan meningkat.  Semakin curam lereng maka potensi aliran permukaan juga meningkat.
  • Erosi
Kehilangan hara pupuk akibat erosi adalah sekitar 11% N yang diaplikasi, tetapi umumnya lebih rendah untuk unsur P, K, dan Mg.
Fenomena kehilangan hara akibat erosi hampir sama dengan akibat aliran permukaan.  Perbedaannya adalah pada aliran permukaan, kehilangan hara dalam bentuk terlarut dalam air.  Sedangkan yang terjadi akibat erosi adalah kehilangan hara dalam bentuk yang terkandung dalam material tanah.  Jadi besar hara hilang sama dengan material tanah yang tererosi.  Erosi terjadi pada lapisan atas tanah yang subur.
IV.  PENYERAPAN UNSUR HARA
4.1.  Unsur Hara
Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman.  Berdasarkan tingkat kebutuhannya dibagi menjadi unsur makro dan mikro. Unsur makro: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S ; Unsur Mikro: Fe, Mn, B, Zn, Cu, Mo, Cl, Co.  Tidak semua unsur tsb dibutuhkan oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya.  Unsur makro berarti dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit.  Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung jenis tanaman.  Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2 melalui proses fotosintesis sedangkan H diambil dari air tanah (H2O).  Unsur lainnya diserap melalui tanah.
Unsur hara dari pupuk yang umumnya dibutuhkan kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Ca, B, Cu, Zn, Fe. Berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman kelapa sawit, unsur hara yang tergolong unsur makro adalah N, P, K, Mg,  sedangkan unsur mikro adalah: B, Cu, Zn, Fe.
Berdasarkan mobilitas unsur hara dalam tanaman dibagi menjadi 2, yaitu unsur mobil dan imobil.  Unsur mobil adalah unsur hara yang dapat ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada saat jaringan muda tsb terjadi kekurangan hara (defisiensi).  Sebaliknya unsur imobil adalah unsur hara yang tidak dapat ditranslokasikan. Imobilitas unsur hara pada tanaman dicirikan dengan munculnya gejala defisiensi dimana defisiensi unsur mobil selalu dimulai dari daun tua (bawah), sedangkan imobil pada daun muda.  Unsur mobil: N, K, Mg; unsur imobil: unsure mikro B, Zn, Cu, Fe.  Bentuk unsur hara yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah ini.
Unsur Hara
Bentuk Diserap Tanaman
Nitrogen
NH4+, NO2-, NO3-
Fosfor
HPO4-2, H2PO4-
Kalium
K+
Magnesium
Mg+2
Kalsium
Ca+2
Boron
BO3-3
Tembaga
Cu+, Cu+2
Seng
Zn+2
Besi
Fe+2, Fe+3
Belerang
SO3-2, SO4-2
Klor
Cl-
Mangan
Mn+2, Mn+4
Molibdenum
MoO4-2
4.2.  Absorpsi Unsur Hara
Unsur hara dalam tanah dapat diserap (absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus terdapat pada permukaan akar.  Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi akar, (2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.
  • Intersepsi Akar
Akar tanaman tumbuh memasuki ruangan-ruangan pori tanah yang ditempati unsur hara, sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang sangat dekat (kontak langsung), yang selanjutnya terjadi proses pertukaran ion.  Ion-ion yang terdapat pada permukaan akar bertukaran dengan ion-ion pada permukaan komplek jerapan tanah.  Jadi absorpsi unsur hara (ion) langsung dari permukaan padatan partikel tanah.  Jumlah unsur hara yang dapat diserap melalui cara intersepsi akar dipengaruhi oleh sistim perakaran dan konsentrasi unsur hara dalam daerah perakaran.  Hampir semua unsur hara dapat diserap melalui intersepsi akar, terutama Ca, Mg, Mn, dan Zn.
  • Aliran Masa
Air mengalir ke arah akar atau melalui akar itu sendiri.  Sebagian lagi mengalir dari daerah sekitarnya akibat transpirasi maupun perbedaan potensial air dalam tanah.  Gerakan air ini dapat secara horinsontal maupun vertical.  Air tanah yang mengalir ini mengandung ion unsur hara.  Jadi unsur hara mendekati permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan air tsb atau disebut aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman.  Penyerapan melalui aliran masaa dipengaruhi oleh: (1) konsentrasi unsur hara dalam larutan tanah, (2) jumlah air yang ditanspirasikan (3) volume air efektif yang mengalir karena perbedaan potensial dan berkontak dengan akar.  Aliran masa dapat menjadi kontribusi utama untuk unsur Ca, Mg, Zn, Cu, B, Fe.  Unsur K juga dapat diserap melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar.
  • Difusi
Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara.  Faktor yang mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman.  Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang bertekstur kasar.  Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat.  Unsur P dan K  diserap tanaman terutama melalui difusi.
V.  JENIS, SIFAT, dan CIRI PUPUK
Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara yang diberikan kepada tanaman karena dibutuhkan oleh tanaman.  Dalam arti yang lebih sempit, pupuk adalah bahan organik dan anorganik yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman untuk menambah unsur hara tanaman dan meningkatkan produksi.  Jenis dan sifat-sifat pupuk yang umum digunakan di perkebunan kelapa sawit disajikan pada lampiran.
Jenis pupuk yang diaplikasikan di perkebunan sinar mas adalah pupuk anorganik (TSP, RP, MOP dsb) dan pupuk organic (JJK, LA, Kompos) yang merupakan limbah PKS (by product).

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kebun kelapa sawit adalah :
a. Biaya
Dalam perawatan sebaiknya di cari cara agar biaya yang dihasilkan kecil tetapi hasil perawatan maksimal.

b. Cara perawatan
Pada daerah tertentu harus dilakukan perawatan yang berbeda seperti di daerah gambut dibutuhkan unsur hara mikro seperti cu dan fe dan juga harus dibuat drainase yang baik sedangkan di daerah mineral dan rata hal ini mungkin tidak di perlukan.

c. Adopsi tehnologi
Peralatan pertanian selalau mengalami kemajuan dari manual ke mekanis dan biasanya mekanis akan meningkatkan produktifitas sehingga biaya akan lebih murah. Jadi selalu harus di cari jenis tehnologi terbaru yang sesuai karena beberapa tehnologi pertanian yang terbaru tidak cocok di pakai dalam perkebunan kelapa sawit.

Adapun kegiatan pemeliharaan atau perawatan tanaman kelapa sawit adalah :

1. Pengendalian gulma
Gulma yang harus di kendalikan dalam perkebunan kelapa sawit adalah gulma kelas A seperti lalang, bambu, pisang, anak kayu, senduduk dan lain - lain. Cara pengendalian gulma kelapa sawit dapat anda baca selengkapnya di http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/08/pengendalian-gulma-pada-kelapa-sawit.html

2. Pemupukan
Pupuk yang dibuthkan kelapa sawit adalah Urea/ZA, MOP/KCl, Dolomit/Kieserite, RP/TSP/SP-36 dan Borate serta Cuprum dan Ferrit. Selengkapnya dapat anda baca di http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/08/konsep-pemupukan-kelapa-sawit-terbaik.html

3. Tunas
Dalam penunasan hal yang harus di perhatikan adalah jumlah pelepah. 
a. Tanaman kelapa sawit berumur < 9 tahun tunasan harus songgo 3
b. Tanaman kelapa sawit berumur  9 - 15 tahun tunasan songgo 2
c. Tanaman kelapa sawit berumur  > 15 tahun tunasan songgo 1

4. Hama dan Penyakit
Ada banyak hama dan pekait kelapa sawit terutama adalah hama pemakan daun yang sangat memerlukan perhatian yang serius. Selengkapnya banca di http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/02/pengendalian-hama-kelapa-sawit-terpadu.html

5. Cara Panen
Panen yang salah menyebabkan tanaman menjadi stress sehingga kegiatan panen saya masukkan kedalam perawatan kelapa sawit. Selengkapnya baca di http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/02/cara-agar-kelapa-sawit-berbuah-banyak.html

Demikian info tentang cara merawat kelapa sawit, berikut adalah tips agar kelapa sawit berbuah banyak.